Rabu, Oktober 29, 2014

MENDAKI BERSAMAMU~



Tepatnya tanggal 31 Desember 2013, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia, panggil saja dia Aksel. Tapi saat itu teman-teman sedang berusaha mendekatkanku dengan Obby. Singkatnya, aku dikenalkan oleh sahabatku Zia. Dari situlah aku mulai mengenal mereka, makhluk-makhluk pecinta alam yang super hebat yang selalu aku kagumi. Mereka adalah Andah, Rima, Angel, Obby dan Aksel, teman-teman Zia saat mendaki. Aku mengenal Zia sejak awal masuk kuliah, waktu itu di inagurasi kampus, bahkan aku tak butuh waktu lama untuk bisa akrab dengan Zia.
Aku masih ingat betul kala itu aku sedang nongkrong dengan Zia dan salah seorang teman di Kali Code. Zia masih saja terus sibuk dengan telponnya, seseorang yang menelpon itu adalah Obby. Entah terpikir dari mana Zia tiba-tiba mengenalkanku dengan Obby lewat telpon.
“Hai…..” kata Obby menyapaku
“Hai juga…” balasku sedikit formal
Huh dalam hatiku mencoba menebak-nebak, aku yakin Zia sedang berusaha mengenalkanku dengan sosok cowok lain agar aku tak terlalu fokus pada cowok bernama Setya yang belakangan ini menyita waktuku dengan berbagai kegalauan.  Setya, yaaah Setya adalah mantanku…. ahhh dia hanyalah seorang mantan, tapi tak pernah sekalipun pikiranku lepas darinya.
Kringgg…. Kringgggg….. Tiba-tiba dering handphoneku membuyarkan lamunanku. Sejenak ragu untuk menerima telpon , siapa penelpon dibalik nomor baru itu.
“Assalamualaikum…. ” Sapaku lirih
“Waalaikumsalam…. “ jawabnya
“Siapa ya?” tanyaku setengah penasaran
“Ini aku, Obby…. Masih ingat kan?”
……………………….
Ahhh Zia jahatnya, keterlaluan sekali memberikan nomorku pada cowok yang sama sekali belum pernah aku jumpai, umpatku dalam hati.
Akhir-akhir ini telponku tak pernah sepi dari Obby, terkadang aku sangat malas sekali menerima telpon darinya. Tak hanya hitungan menit, bahkan Obby sering menelponku lebih dari satu jam. Sampai panas ini telinga nempel di handphone terus, sempat aku tertidur ketika Obby telpon. Semakin hari semakin aku terbiasa dengan kehadiran Obby cowok penelpon yang belum pernah aku jumpai itu.
Bib…. Bib…. Bib…
Alarm menunjukkan pukul 04.30am. Pagi ini aku dan anak-anak kontrakan berencana hunting photo ke Gunung Api Purba daerah Pathuk, Yogyakarta. Setelah bersiap, kamipun menembus dinginnya pagi itu. Hasil jepretan photo memang akan lebih bagus ketika diambil pada waktu pagi hari atau sore hari, oleh karena itu aku bersama ketiga sahabatku memutuskan untuk pergi sepagi itu. Sebelum menuju ke Gunung Api Purba kami terlebih dahulu menuju embung nglanggeran untuk mengambil beberapa photo di sana.
“Guys, lanjut ke gunung api purba yukk… “ ajak Ulin menyelaku yang sedang asyik menjepret
“Baiklah, yuukkkk…. “ jawab Susan sembari bergegas
“Iya, he’em….. “ akupun mengiyakan
Kamipun menuju Gunung Api Purba, setelah memperoleh tiket masuk, akupun mengikuti anak-anak menuju pos satu.  Aku yang tak pernah berolahraga inipun dengan nafas yang tersendat-sendat berusaha menuju pos satu.
“Woiiiiii, tungguin aku doooongggggg!” teriakku yang tertinggal di belakang
“Kamu di belakang ajah, biar kalau jatuh enggak nimpa kita.. Hahahahaha”  ledek anak-anak sembari menertawakanku.
“aaaah sialan kalian….. “ umpatku kesal
“ayok aku tungguin nih” sela lutfi membelaku
Dengan susah payah akupun sampai pos satu, lalu kerebahkan badanku ke tanah berharap sedikit menghilangkan rasa lelah. Hari mulai siang, bergegas kuambil kamera berselfie ria bersama anak-anak. Hanya sampai pos satu saja, aku tak lagi ingin melanjutkan perjalanan, kamipun memutuskan untuk turun. Tiba-tiba hujanpun turun, kami sempat berhenti di sebuah rumah-rumahan sejenak berteduh menunggu hujan reda lucunya bahkan kami sempat tertidur di sana.
“jenk… jenk bangun jenk, udah reda” teriak jenk tutut membangunkanku
“hu’um iya jenk”  jawabku sembari mengusap mataku yang masih mengantuk
“yuk, pulang” ajak desus
Kamipun melanjutkan perjalan pulang, kudengar bunyi pesan di handphoneku yang tak lain lagi adalah pesan singkat dari Obby “hai, lagi apa? Sudah makan?” kulewatkan saja pesan darinya tanpa kubalas. Sesampainya di kontrakanpun Obby tak lupa menelponku dan bla… bla… bla…. Dia bercerita panjang lebar tentang semua pengalamannya, berbagai tentang tips-tips agar bisa berjalan jauh tanpa lelah, bahkan Obby sempat memintaku mendengarkan lagu kesukaannya yang kebetulan sedang Ia putar lagu Pink – Just Give Me A Reason .
“udah dulu yaaa… “ selaku
“loh mau kemana?”
“mau istirahat, capek nih.. assalamualaikum ” jawabku sembari mengakhiri telpon
Tak bosan-bosannya Obby setiap hari menyapaku melalui telpon atau sekedar lewat pesan singkat, tak jarang pula aku berdebat dengan Obby tentang banyak hal. Sering tak kusukai cara Obby yang terlalu berlebihan menilaiku bisa dibilang Obby ini “sok tau” tentang aku.
Hari ini Zia memintaku untuk menemaninya, Zia pun menjemputku dengan motor mio merah yang biasa Ia pakai. Kendaraan kamipun melaju dengan kencangnya ditemani ceritaku yang tak ada habisnya. Sampailah kami pada sebuah rumah di daerah jalan Timoho, kulihat seseorang telah menunggu kami di dekat pintu kamarnya. Yap dia adalah Andah, cewek tinggi asli Balik Papan yang hobby naik gunung ini pun menyambutku ramah.
“halo, aku Andah” sapanya memperkenalkan diri sembari menjabat tanganku
“halooo, aku Santi” jawabku sedikit jaim
Andah adalah salah satu teman Zia saat mendaki, hebatnya persahabatan mereka berawal dari sebuah pendakian. Sekilas aku melihat Andah adalah sosok cewek yang tegas, baik, ramah dan mudah akrab dengan orang baru.
“eh, Mas Obby hari ini ke Jogja lohhh… “ sela Zia memberitahu
“hah, iya kah? Wah senangnyaaaa” sambung Andah terdengar bersemangat sekali
Hmmm seperti apa ya Obby itu, tanyaku dalam hati sembari menyibukkan diri dengan handphoneku. Malam itu untuk pertamakalinya aku bertemu dengan Obby di kos Andah. Obby, cowok pecinta gunung yang sedikit pendek dengan stylenya yang sedikit berantakan itu terlihat malu-malu untuk menyapaku. Tak banyak yang aku obrolkan dengan Obby, hanya sebatas obrolan perkenalan saja bahkan Obby terlihat sedikit lebih pendiam berbeda sekali dengan Obby yang biasanya super cerewet saat menelponku. Malam mulai larut mereka bertiga masih asyik menonton tayangan horror yang tak pernah kusukai, aku mencoba menyibukkan diri dengan mengamati gallon dan dispenser yang berada persis di depanku sembari menahan kantuk. Zia mulai menyadari kantukku yang terasa berat, akhirnya mereka bertigapun mengantarku pulang.
“Mas Obby nggak biasa-biasanya loh jaim gitu, biasanya dia yang paling cerewet di antara kita” Zia mencoba membuka obrolan
“hahahha iya kah?”
“iya, seriusan…  nggak tau tuh orang kenapa”
Aku hanya terdiam sembari terus menguap.
Tahun baru 2014 besok, Zia dan teman-temannya memintaku bergabung  dengan mereka untuk melewatkan pergantian tahun di salah satu pantai di daerah Gunung Kidul Yogyakarta. Terasa sangat malas dengan keramaian di jalanan saat malam pergantian tahun, tapi rasa penasaranku terus mengiyakan.  Sore itu selesai aku pergi dengan sepupuku, Zia pun menjemputku untuk segera berkumpul di salah satu kos temannya sebelum berangkat menuju pantai. Di sana aku bertemu dengan Rima, cewek ceria yang berasal dari Lampung. Aku juga bertemu dengan Angel, cewek hitam manis yang jauh jauh dari Kupang untuk menimba ilmu di Jogja , Andah juga sudah menungguku di sana. Rima adalah teman satu kampus Andah, sedangkan Angel adalah teman satu kosan Rima, sama seperti Andah persahabatannya mereka dengan Ziapun dipersatukan dalam pendakian. Amaze dengan kekompokan Zia dan sahabat-sahabatnya, pendakian mereka mempertemukan manusia-manusia hebat dari belahan bumi Indonesia.
Selang beberapa menit Obbypun datang dengan stylenya yang sedikit berantakan dan mulai terlihat caper. Entah kenapa aku sedikit kurang suka dengan tingkah Obby yang “lebay” itu. Obby berusaha jaim dengan keberadaanku tapi mecoba sok asyik dengan yang lain dengan bercandanya yang berlebihan.
“kita berangkat jam berapa ya?” aku yang mulai bosan dan mencoba memberanikan diri untuk bertanya
“bentar lagi ya, masih nunggu satu orang lagi nih” jawab Andah
Huh siapa sih satu orang itu, nggak ontime banget bikin kita nunggu lama banget sembari terus kusibukkan diri dengan handphoneku. Akhirnya cowok itu muncul dari balik pintu, cowok yang khas dengan jambangnya itupun menyapa kami semua dan untuk pertama kalinya aku mengenalnya, cowok itu bernama Aksel.
“kamu sama Mas Obby ya?” tiba-tiba Zia mengagetkanku
“huum”  jawabku tak bisa menolak
Sebenarnya aku ingin bersama Zia, apalagi dia hanya sendiri. Perjalanan kamipun dimulai sesaat setelah anggota kami lengkap empat cowok dan lima cewek termasuk aku. Sepanjang perjalanan, aku dan Obby selalu berada paling belakang bahkan sering sekali kami tertinggal. Di perjalanan Obbypun tak henti-hentinya bertingkah, tak jarang Obby tiba-tiba menambah kecematan dan bergaya berlebihan saat di atas motor. Karena berada paling belakang kamipun sempat tertinggal dan terpisah dari rombongan bahkan berkali kali salah jalan, Obby berusaha menelpon salah seorang teman. Terdengar suara Obby sedikit meninggi saat meminta untuk dijemput.  Akhirnya Zia menjemput kami di salah satu SPBU di daerah Wonosari. Kami kembali berkumpul dengan rombongan, Obby sempat protes dengan nada keras yang berujung sedikit ribut dengan Andah.
“kalian kemana ajah? Muter-muter nggak jelas!” marah Obby
“makanya ikutin yang bener dong!!!!” jawab Andah sedikit membentak lalu pergi meninggalkan kami
Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan, aku merasa sangat tidak nyaman dengan posisi saat itu. Kulihat Obby terlihat sangat marah dan emosional, bahkan Obby mengendarai motor dengan kecepatan yang tak terkontrol, sedikitpun Obby tak menghiraukan aku yang diboncengnya. Jujur aku takut, tidak nyaman, sedih, pengen marah, bingung, lalu kupakai kacamata hitamku walaupun malam sangat gelap, kurasakan airmata mulai mengalir dari sudut mataku. “Aku ingin pulang saja”, gumamku sembari kuusap airmata dengan punggung tanganku. Kudengar beberapa kali Obby mencoba mengajakku mengobrol, aku hanya diam bahkan aku sengaja tak membalasnya. Kurasakan sedikit kekecewaan pada Obby.
Kamipun melanjutkan perjalanan menuju pantai, perjalanan panjangpun masih harus kami tempuh untuk mencapai pantai yang sedikit sulit untuk dijangkau itu. Benar saja, kami harus menempuh jalanan yang terbentuk dari bebatuan. Tak jarang beberapa kali kulihat Rima turun dari motornya membantu mendorong motor Andah melewati bebatuan, hebatnya Rima.
Akhirnya sampailah kami pada sebuah tempat yang sangat gelap, tempat terkhir dimana kendaraan kami harus berhenti sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jalanan yang penuh dengan lumpur tidak memungkinkan kami melanjutkan perjalanan dengan kendaraan.  Mungkin saat itu hanya cahaya bintang yang paling terang di atas sana yang dapat kulihat.
“hati-hati ya jalannya” pesan Zia penuh perhatian
“iya, iya aku hati-hati” jawabku tersenyum sembari terus memperhatikan langkahku
“pelan-pelan ajah, kita tungguin”
Zia dan Angel masih terus setia menemani langkahku yang sangat pelan, aku merasa sangat merepotkan mereka. Jalanan yang penuh batu dan lumpur itu sangat menyulitkanku untuk berjalan lebih cepat, tak jarang sandal jepitku masuk ke dalam lumpur bahkan sesekali hampir membuatku terpeleset karena licin.
“sandalnya dilepas saja ya” saran Angel terdengar dengan suara khas timurnya
“iya” sembari kulepas sandalnya
“sini aku bawain sandalnya” pinta Zia
“nggak usah, nggak usah”
“udah sini..!!” paksa Zia sambil merebut sandalku
Kehela nafas panjang dan terus berusaha berjalan, pikirku pasti aku sangat menyusahkan mereka bahkan Obby telah meninggalkanku jauh di depan bersama Rima dan Andah. Hanya kekecewaan yang terus kurasakan pada Obby yang tak peduli dengan keadaanku, pengen rasanya teriak “Biiiii, teganya kamu membawaku ke sini dan tak sedikitpun kau pedulikan keadaanku” huhhh, dasar Obby.
Sampailah kami pada sebuah pantai, pantai yang tenang dan tidak terlalu ramai sedikit membuatku merasa lega. Setelah para cowok selesai membangun tenda, kamipun berkumpul. Kudengar syahdunya alunan gitar yang Rima mainkan, aku sangat kagum dengan kepiawaian Rima bermain gitar sesekali mereka pun bernyanyi dan menari diantara terangnya api unggun. Aku menikmatinya bahkan aku mulai lupa perjuanganan kerasku untuk sampai di sini.
“ayok sini, ikut nari” ajak Zia
“aahh enggak enggak” jawabku sedikit malu
I’m starting to feel the wonderful togetherness with them. Zia, Rima, Andah dan Angel, mereka yang hampir setiap saat selalu terlihat kompak membuatku merasa nyaman berada di tengah tengah mereka. Hebatnya mereka berempat ini adalah cewek-cewek pecinta alam yang tangguh, mereka selalu punya cara sendiri untuk menikmati hidup bersama alam.
“nyalain kembang apinya, nyalain” teriak Andah
“okaaaayyy” balas Obby sembari menyalakan api
Malam pergantian tahun itupun menjadi sangat berkesan, biasanya hanya kunikmati ramainya orang-orang memadati jalanan atau sekedar menghabiskan tahun baru di rumah. Kali ini kurasakan hangatnya tawa kebersamaan mereka di tengah damainya ombak di pantai. Tiba-tiba hal yang tak pernah kudugapun terjadi, langit menjadi sangat gelap hujanpun mulai turun perlahan. Aku dan yang lainnya berusaha mengemasi barang  lalu masuk ke tenda.
“takut?” Tanya Angel sembari tersenyum membandangiku
Hanya kubalas dengan senyum dengan sedikit rasa panik. Hujan deras dan angin kencangpun sesekali menerpa tenda kami. Aku yang setenda dengan Andah, Rima, Zia dan Angelpun terus mencoba menjaga agar air tidak sampai masuk ke tenda.
“duhhhh basah” jerit Andah
“kamu basah nggak? Tanya Zia memperhatikanku
“enggak kok”
“tidur gih” pinta Zia
Terus kupegangi tangan Angel sembari mencoba memejamkan mata, mecoba terlelap di tengah ramainya badai malam itu. Keesokan harinya, kulihat indahnya suasa pagi di pantai tepat pada tanggal 1 januari 2014. Lautnya yang bersih dengan pasir putihnya, bukit-bukit kecil yang mengelilingi pun menambah indahnya pantai. Aku sangat terkagum kagum dengan keindahannya. Kata orang di sana pantai itu bernama pantai ngetun. Mungkin karna letaknya yang sangat “ngetan” bersalah dari kata “wetan” yang dalam bahasa Indonesia berarti paling timur.
Aku hanya menikmati keindahannya dari dekat tenda entah datang darimana Aksel tiba-tiba sudah berada di sampingku.
“nggak ikutan mereka main air?” Tanya Aksel
“enggak, takut aah sama ombaknya”
“kan cuma kecil ombaknya”
“hahahahahahha” akupun hanya membalasnya dengan tertawa lalu kutinggalkan Aksel sendirian untuk mendekati pantai, sesekali kubiarkan air pantai membasahi kakiku lalu berlari kuambil kamera untuk mengabadikan kebersamaan Zia dan sahabat-sahabatnya yang sedang asyik bercanda dalam basahnya air laut tanpa mereka ketahui, rasanya sungguh bahagia melihat mereka. Disisi lainpun Obby sibuk memasak nasi dan beberapa sayur ditemani Aksel dan dua cowok lainnya.
Setelah selesai masak Obby pun menata nasi, mie dan sayur itu di atas daun pisang yang Ia petik di dekat pantai, kamipun makan dengan lahapnya bersama sama. Pikirku ritual seperti itu hanya ada saat aku kecil, makan bersama dalam satu wadah daun pisang, dari situlah kebahagiaan sederhana itu terukir dengan indahnya.
“cepat makan” pinta Zia
“iya iya sebentar” jawab tersenyum sembari mendekat
Tak jarang Zia pun menyuapiku dengan penuh canda. Terimakasih Zia untuk pergantian tahun terbaik bersama kalian. Setelah kami puas berfoto dan bermain air laut kami pun berkemas dan bergegas kembali ke Kota Jogja, perjalanan panjangpun terus coba kunikmati.
_____________________________________________
Sejak saat itu aku mulai malas dengan semua telpon dan pesan singkat dari Obby, banyak telpon dan pesan singkat yang kulewatkan begitu saja. Pengen nonton sejenak melepaskan penat.
"dek Ri, nonton yukkkkk" kukirim pesan via bbm ke sepupu
"ayok mbak san"

TO BE CONTINUED.....................

Jumat, Oktober 24, 2014

Happy New Year 2014


             Hampir setahun yang lalu aku masih ingat betul kala itu tanggal 31 Desember 2013 menjelang pergantian tahun,  I'm starting to feel the wonderful togetherness with them... Mereka yang hampir setiap saat selalu terlihat kompak, membuatku merasa nyaman berada di tengah tengah mereka. Hebatnya mereka berempat ini adalah cewek cewek pecinta alam yang tangguh, mereka selalu punya cara sendiri untuk menikmati hidup bersama alam... Amazed, entah berapa banyak gunung yang sudah mereka daki atau seberapa sering pantai yang mereka jelajahi, makes them very close to nature.


                Malam pergantian tahun itupun menjadi sangat berkesan, biasanya hanya kunikmati dengan ramainya orang-orang memadati jalanan atau sekedar menghabiskan pergantian tahun di rumah. Kali ini kurasakan hangatnya tawa kebersamaan mereka di tengah damainya ombak di pantai. Ditemani dengan terangnya cahaya api unggun, merdunya petikan gitar bersama lagu-lagu yang mereka nyanyikan menjadikan saat-saat terbaik yang tak terlupakan...
               Friendly, baik, nggak mudah nyerah, ceria, tangguh, mungkin itu sedikit hal kecil yang bisa menggambarkan mereka. Maybe kalau ada station TV yang ngerekrut mereka, pasti mereka bakal punya acara sendiri kali ya... Hahahahahha, judul acaranya "Empat Cewek Tanggauh Menjelajahi Indonesia"
               Mereka bukan cewek manja yang hobbynya cuma bisa shopping dan ngemall, tapi jangan salah dibalik tas cariernya yang sangat berat itu mereka adalah the beautiful women, so beautiful....


                   Amazed, hanya kata itu yang selalu kuberikan untuk mereka, thanks for the best experience. Bahkan banyak sekali hal yang bisa dipelajari dari alam, alam akan mengajarkanmu tentang rasa syukur yang begitu dalam. Ciptaan Tuhan yang begitu indah yang tak akan pernah kau dapatkan ketika kau hanya bersembunyi dibalik megahnya gedung gedung di kota. Mereka selalu membuktikannya lohhhhhh


              





Terimakasih untuk saat saat tebaik bersama kalian....
Srie Sasanti Aga Lestari
(Santi)


Kawah Ijen, Baluran dan Bali "Never Ending Story"

7 Mei 2017           Kawah Ijen, Baluran dan Bali adalah perjalanan panjang yang tak pernah terlupakan dengan sejuta pengalaman. Bersa...