Kamis, Februari 17, 2011

IBU GURU “SASA” YANG KUSAYANG

Tahun ini aku naik ke kelas 6 dengan nilai raport yang membuat papa mamaku sangat marah, dari 32 siswa di kelasku aku peringkat 30. Aku sadar aku tidak lagi punya semangat belajar, sering bolos les dan telat pergi sekolah. Ini sebagai bentuk protesku pada mereka bahwa aku tidak hanya butuh materi tapi aku juga butuh perhatian, butuh yang namanya kasih sayang.

Hari ini, hari pertama masuk sekolah dan aku terlambat. Guru baruku menghukumku, menyuruhku berdiri didepan kelas dan menceritakan apa saja yang aku kerjakan sehingga aku terlambat ke sekolah.

“Coba sekarang ceritakan apa yang membuatmu terlambat…!!!” perintahnya tegas

“Tapi bu....” jawabku menolak

“Ceritakan saja...!!!” ibu guru menyelaku

Dengan perasaan kesal, aku mulai bercerita panjang lebar. Teman-teman tertawa dan meledekku. Aku sangat kesal... Yah, aku sangat benci dengan guru baru itu. Umpatku dalam hati.

Bel pulangpun berbunyi, waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Aku berdiri didepan gerbang menunggu pak min menjemputku. Aku selalu berharap mama meluangkan waktunya untuk menjemputku. Tiba-tiba kudengar suara memanggilku dari arah belakang.

“Hai Bima... Kenapa belum pulang?” sapa guru baru, yaah dia wali kelasku

“Belum dijemput....!!!” jawabku kesal

“Bima mau pulang bareng Ibu Sasa?” tawarnya

“Tidak terima kasih, ibu pulang saja” aku masih saja kesal dengan guru baru itu karena pagi tadi telah mempermalukanku didepan teman-teman...huft, L

Kulihat mobil jemputanku tampak menepi didekat pintu gerbang dan pak min pun telah membukakan pintu untukku. Kutinggalkan ibu guru menyebalkan itu tanpa berkata apapun. Hmm, ternyata guru baru itu bernama Ibu Sasa, namanya saja aneh seperti bumbu penyedap rasa, hahaha… Pasti akan sangat membosankan jika harus bertemu dengannya setiap hari. Keluhku sembari melamun.

Malam ini sudah pukul 21.00, tapi rumah masih sepi...... Papa, mamaku masih sibuk dengan pekerjaannya. Kakakku apalagi, sekarang dia mahasiswa disalah satu universitas di jogja. Hanya ada mbok yem dan pak min, pembantu dan supir di rumahku.

Diantara semua anggota keluargaku, aku orang yang selalu dianggap masih anak kecil....memang, aku yang masih duduk dibangku sekolah dasar jika dibandingkan dengan mereka aku masih terlalu jauh. Apalagi aku yang sering nggak nyambung kalau diajak ngomong....tatkala mama, papa dan kakakku tertawa terbahak melihat ekspresi wajahku yang culun dan bloon. Mama selalu berusaha menghiburku....aku tau ma, semua kata-kata mama itu memang benar, tapi semua kata-kata mama membuatku semakin merasa kecil diantara orang-orang hebat yang ada di rumahku.

Malam mulai larut, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 tapi, mama, papa dan kakakku belum juga pulang. Mereka baru ada di rumah setelah pukul 22.00.... Aku bingung mau ngapain lagi, nonton TV sudah, belajar juga sudah tadi sore, mengulang pelajaran juga sudah. Aku mencuci piring bekas makanku, tiba-tiba aku merindukan mama....... Kuhapus airmata dengan punggung tanganku. Aku ingin punya mama yang selalu ada untukku, saat aku pulang sekolah dia sudah menyambutku di depan pintu rumah, dia juga menyiapkan makan siang untukku. Meski masakan mama tidak sesedap masakan mbok yem, tapi aku selalu merindukan masakan mama. Karna paling-paling mama masak sebulan cuma sekali, itupun kalau mbok iyem tidak masuk.

Pagi ini aku terlambat bangun lagi dan ketika aku terbangun pagi ini tak lagi kudapati papa mama dirumah. Akupun segera bersiap berangkat menuju ke sekolah bersama pak min.

”Maap bu, Bima terlambat...” dengan nada merendah sembari kututup pintu

”Silahkan duduk Bima, Ibu baru akan memulai pelajaran” jawab Ibu Sasa tersenyum padaku...

Hah yang benar saja ibu guru menyebalkan itu tidak lagi menghukumku, aku sedikit senang bercampur bingung. Satu jam pelajaranpun berlalu, belpun berbunyi tanda pelajaran telah usai dan waktunya istirahat. Tiba-tiba Ibu Sasa mendekatiku.

”Bima kenapa tadi terlambat lagi?” tanya Ibu sasa mengagetkanku

”Kesiangan bu...!” jawabku agak malas

”Mama Bima tidak membangunkan Bima?” tanyanya ramah

”Tidak....” sembari kutinggalkan Ibu Sasa yang mencoba mencari tau semua tentangku.

Waktu mulai menunjukkan pukul 13.00 WIB, seperti biasa kutunggu pak min menjemputku. Entah datang dari mana, lagi-lagi Ibu Sasa sudah duduk berada disampingku.

”Kamu kenapa Bima? Ada yang ingin Bima ceritakan pada Ibu?” tanyanya penuh perhatian.

”Bima bingung bu...” tiba-tiba aku ingin sekali bercerita, namun aku ragu.

Kemudian aku mulai bercerita tentang keluargaku yang terlalu sibuk, tentang aku yang sering merasa kesepian dan aku yang tidak lagi mendapatkan perhatian. Ibu Sasa mendekat dan merangkulku, mengusap rambutku dengan penuh kasih sayang sembari menasehatiku.

Setelah beberapa saat pak min pun telah datang menjemputku. Akupun bergegas untuk pulang. Hmm, aku masih terus saja mengingat kata-kata Ibu Sasa tadi. Aku tau, mama adalah seorang wanita karier, dia jarang sekali ada di rumah...dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku juga mulai mengerti, papa mamaku bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhanku. Agar aku dapat dengan mudah mendapatkan apa yang aku inginkan, makanan yang enak, baju yang bagus, mainan yang serba canggih dan mahal. Padahal diluar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung aku, anak seusiaku pun harus mengeluarkan segenap tenaga dan keringatnya terlebih dahulu hanya untuk sesuap nasi. Jangankan untuk memakai baju baru dan bagus, mereka memiliki baju yang sedikit layak untuk dipakaipun sudah sangat bersyukur. Untuk saat ini aku sejutu 100% dengan nasehat Ibu Sasa. Terima kasih bu, untuk pelajaran hari ini yang sangat berharga. Aku sangat menyayangi papa mamaku.

Pagi ini kelasku mengadakan baksos untuk panti asuhan ”Kasih Ibu” yang disarankan oleh Ibu Sasa. Kami diminta untuk mengumpulkan baju bekas yang masih layak pakai dan beberapa buku cerita.

”Bim, apa yang kamu bawa?” tanya Ibu Sasa

”Emmm, eeehhh Ibu...” jawabku sedikit kaget

”Kenapa Bima?”

”Sedikit kaget bu, hehehe.... Bima membawa beberapa baju dan buku serta peralatan sekolah lainnya. Di rumah, Bima hanya menyimpannya saja, akan lebih berguna jika Bima sumbangkan untuk anak-anak panti. Pasti mereka sangat membutuhkannya... Ya kan bu?” jelasku sembari tersenyum menatap Ibu Sasa. Emm, ternyata jika dilihat-lihat Ibu Sasa cantik dan masih sangat muda. Pikirku usil, J

Setelah beberapa saat kedatangan kami di panti asuhan, aku sudah cepat akrab dengan Andi dan anak-anak penghuni panti lainnya. Aku mengajak mereka untuk bermain sepak bola. Aku sangat senang berbagi dengan mereka, setelah bermain bola kami melanjutkannya dengan bermain layang-layang. Aku begitu menikmati waktu bersama dengan mereka, aku tidak pernah sebahagia ini. Sudah lama aku tidak punya kesempatan seperti ini. Aku biasanya hanya bermain sendiri, kalau tidak ya hanya ditemani dengan mbok yem dan pak min saja. Yang membuatku semakin bahagia hari ini, kami mengakhiri hari ini dengan membeli ”ice cream”. Tatkala tawa ceria menghiasi kebersamaan kami, ketika kami melihat wajah Andi belepotan penuh ice cream. J

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB, hari mulai gelap aku dan teman-teman kelasku beserta Ibu Sasa pamit untuk pulang. Aku berniat untuk kembali ke tempat itu lagi suatu hari nanti. Terima kasih Ibu Sasa yang kusayang untuk kebahagiaan yang begitu indah ini.

”Bim, besok kalau ada waktu mama Bima diharap menemui Ibu Sasa ya?” Pintanya

”Memangnya kenapa bu? Bima bandel ya?” jawabku takut

”Tidak Bima, Ibu hanya ingin mengenal mama Bima saja” jelas Ibu Sasa

”Baik bu, Bima usahakan” dengan ragu-ragu kutinggalkan Ibu Sasa

Pagi ini tiba-tiba aku merasa takut, kenapa ya Ibu Sasa memanggil mama. Apa aku bandel dan membuat kesal Ibu Sasa. Padahal sebelumnya aku tidak pernah merasa takut saat ada guru memanggil mama, aku hanya cuek dan masa bodoh saja. Tapi kali ini tidak, tiba-tiba aku merasa takut. Mamapun keluar dari ruang Ibu Sasa, mama mengajakku untuk pulang bersama.

”Sayang, akhir pekan ini kamu ingin liburan kemana?” tanya mama penuh kasih sayang sembari mengusap lembut kepalaku

”Kok tumben mama tanya itu, bukankah mama sibuk?” jawabku balik bertanya

”Mama kangen jalan-jalan sama kamu nak....” kata mama penuh rasa bersalah

”Aku juga sangat merindukan mama yang selalu ada untukku” kutatap mama penuh arti

”Mama minta maaf karena terlalu sibuk dan jarang memperhatikanmu” sangat terlihat kata-kata mama penuh dengan penyesalan.

”Mama tidak perlu melakukan itu, aku bangga punya mama yang super duper pandai seperti mama. Bahkan lebih pandai dari einteins...hehehe, ” kata-kataku sedikit membuat mama tersenyum, kuhapus airmata mama yang terjatuh diwajah cantiknya.

Mama hanya tersenyum sembari memelukku...

”Akan aku tukar semua kerja keras mama dengan keberhasilanku suatu saat nanti, ma. Mama adalah malaikatku yang membuatku tak boleh putus asa” kataku berbisik pada mama.

Mama semakin erat memelukku...

Aku sempat berfikir apa ya yang Ibu Sasa dan mama bicarakan sampai-sampai mama menjadi begitu sangat menyayangiku. Entahlah, yang aku tau Tuhan telah memberikan kebahagiaan yang indah untukku melalui Ibu Sasa. Aku jadi tambah sayang dengan Ibu Sasa.

Aku mulai bersemangat untuk belajar dan bertekad untuk lulus ujian dengan nilai yang akan membuat papa mama bangga. Aku mulai mengatur jadwal belajarku, akupun mulai rajin berangkat les. Aku ingin Ibu Sasa tersenyum bangga melihat keberhasilanku nanti. Ujian hanya tinggal satu minggu lagi dan aku benar-benar meyiapkannya dengan matang.

Seminggupun telah berlalu hari ini adalah hari pertama ujian. Tiba-tiba aku merasa takut, takut kalau aku akan gagal dalam ujian. Tampak kulihat senyum Ibu Sasa menghiasi bibirnya.

”Ibu yakin Bima pasti bisa...!!!” kata Ibu Sasa sembari menepuk-nepuk bahuku

Aku hanya tersenyum dan mencium tangan Ibu Sasa. Kata-kata Ibu Sasa membuatku semakin bersemangat dan yakin. Kalau aku pasti bisa.

Tiga minggu setelah ujianpun berlalu, hari ini tiba saat pengumuman. Aku merasa sangat deg-degan. Kucari Ibu Sasa disetiap sudut ruangan, tapi tak juga kutemukan. Aku masih saja sibuk mencarinya. Sampai-sampai aku tidak sadar ketika kepala sekolah mengumumkan bahwa aku adalah lulusan terbaik tahun ini.

”Kita sambut lulusan terbaik sekolah kita tahun ini, Bima Padma Nagara” suara kepala sekolah dan tepuk tanganpun menggema disetiap sudut ruangan. Aku tersentak kaget, bahagia bercampur haru. Kuhapus sedikit airmata disudut mataku, akupun berjalan menuju mimbar dengan penuh rasa yakin untuk sedikit memberikan sambutan.

”Aku tidak akan mungkin berdiri disini tanpa perjuangan pahlawanku, Ibu Guru Sasa yang sangat aku sayang....Terima kasih untuk Ibu Sasa yang selalu ada untukku, terima kasih untuk mama malaikatku yang selalu mendoakanku dan teman-teman yang selalu membantuku” tatkala teman-teman berteriak dan memberikan applous untukku...

Hanya itu sambutan yang dapat aku berikan, aku berjalan meninggalkan mimbar sembari mencari Ibu Sasa. Tetap saja tak kutemukan Ibu Sasa, aku semakin bingung. Acara kelulusan hari inipun telah usai, teman-temanku bersama orang tua merekapun bergegas meninggalkan ruangan. Tapi dimana Ibu Sasa????

Aku ditemani papa mama dan kakakku menemui kepala sekolah untuk menanyakan dimana keberadaan Ibu Sasa.

”Bu kepala sekolah, dimana Ibu Sasa? Apakah hari ini Ibu Sasa tidak datang di acara kelulusan kami?” tanyaku penasaran..

”Bima, dengarkan Ibu... Mulai sekarang Ibu Sasa tidak akan mengajar di sekolah kita lagi. Karena Ibu Sasa sebenarnya bukan guru tetap di sekolah kita” jelas kepala sekolah sembari mengeluarkan surat yang dititipkan oleh Ibu Sasa untukku...

Dear Bima muridku yang bandel

Bima...

Ibu Sasa ingin meminta maaf

Karena mungkin saat Bima membaca surat ini

Ibu Sasa sudah tidak lagi berada di Indonesia

Ibu Sasa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di Australia

Di sekolah Bima, Ibu Sasa hanya sekedar mencari pengalaman bekerja

Bima...

Maafkan Ibu Sasa yang tidak sempat berpamitan

Tidak bisa menunggu dan melihat Bima menerima hasil kelulusan

Karena Ibu Sasa harus ke bandara tadi pagi-pagi sekali

Ibu yakin Bima akan lulus dengan hasil yang baik

Bima...Terima kasih

Karena Bima telah membuat hari-hari Ibu Sasa berwarna

Ibu Sasa tidak akan pernah melupakan saat-saat bersama kalian

Ibu Sasa beruntung bisa mengenal Bima walau hanya dalam waktu yang singkat

Bima...

Jangan bandel lagi ya

Jadilah malaikat kecil

yang akan selalu memberikan kebahagiaan untuk mama papa Bima

Dan jangan pernah lagi memanggil Ibu Sasa dengan sebutan

”Bumbu penyedap masakan”...hehehe, huft dasar bandel J

Ibu sasa sangat menyayangi Bima

Jaga diri baik-baik

Salam sayang

Ibu Sasa

Kuhapus aimataku yang sejak dari tadi mengalir deras membasahi pipiku. Kenapa Ibu Sasa harus pergi di saat aku ingin menunjukkan keberhasilanku atas jerih payahmu. Kenapa Ibu harus pergi ketika aku belum sempat mengucapkan terimakasih atas semua kebahagiaan yang Ibu Sasa bawa untukku. Lihat bu, Bima telah lulus sekarang, telah Bima buktikan didepan papa mama dan kakak bahwa Bima bisa seperti mereka dan itu semua karena Ibu Sasa, berkat perjuangan keras Ibu Sasa.

Aku sangat merindukan Ibu Sasa, aku sangat sayang Ibu Sasa. Tangisku meledak tak kuasa terbendung. Papa mamapun memelukku erat sembari menghiburku.

Ibu Sasa yang kusayang, terimakasih untuk semua yang telah engkau berikan untukku. Semoga Tuhan selalu menjaga Ibu Sasa disana, aku yakin Ibu Sasa pasti bahagia melihatku dari negeri kangguru sana. Suatu saat aku pasti akan menyusul Ibu Sasa, menjadi sepertimu. J

Matahari senjapun mulai menghilang. Kulipat kembali surat dari Ibu Sasa. Aku, papa, mama dan kakakku bergegas untuk kembali pulang. Kuhapus sisa-sisa airmataku yang masih tampak menghiasi mata sembabku dan aku akan kembali melanjutkan semua perjalananku yang masih panjang. Aku akan terus berusaha menjadi kebanggaan papa mama, membuat mereka bahagia. Seperti pesanmu padaku.

Terima kasih Ibu Sasa............

written by suntea

Kawah Ijen, Baluran dan Bali "Never Ending Story"

7 Mei 2017           Kawah Ijen, Baluran dan Bali adalah perjalanan panjang yang tak pernah terlupakan dengan sejuta pengalaman. Bersa...